Monday, January 19, 2015

All is important - Lesson that i learnt

Di bulan November akhir, aku beserta dua peserta Teacher Training berkunjung ke satu sekolah di Akita Jepang, Fuzoku Chugoku ( SD Fuzoku ). Dengan didampingi oleh sense kesayangan (Prof Du Wei) tentunya. Sense menjelaskan bahwa kunjungan kami kali ini bukan mengunjungi kelas regular, tapi kelas spesial!

Sekolah yang besaaarr sekali

bagian depan sekolah, tersedia loker sepatu bagi tamu yang datang

hasil karya anak dipajang di ruang penerima tamu


lorong sekolah, bersih, tanpa sampah berserakan, padahal ini jam istirahat


Sebelum kunjungan ini, para profesor, doktor, master student, under graduate student dan sejumlah guru dari senior sampai guru magang, kurang lebih 50 orang berkumpul untuk membahas penyusunan lesson plan pelajaran Matematika yang akan digunakan di tahun ajaran berikutnya. Setelah mereka menyusun lesson plan per pertemuan, mereka akan mengadakan semacam kelas percobaan dimana salah satu guru ditunjuk untuk menjalankan lesson plan sesuai dengan yang sudah mereka susun, lalu mereka akan melihat secara langsung apakah lesson plan yang mereka buat ini tepat sasaran atau tidak.

Aku beruntung karena bisa melihat secara langsung kelas percobaan ini. Materi yang saat itu diajarkan adalah perkenalan pecahan. Murid-murid yang diajarkan murid-murid dari kelas 3 SD. Tujuan akhir mereka dari KBM hari itu adalah siswa dapat menyimpulkan apakah 1/4 bagian bisa selalu disamakan dengan 1/4 meter. Keliatannya berat ya materinya hehehe. Tapi anak-anak terlihat sangat antusias sepanjang KBM :)

Pertama-tama, guru membuka pelajaran dengan sedikit permainan bilangan, dimana siswa bergantian menyebutkan bilangan secara urut lalu pada bilangan dengan kelipatan 3 siswa tidak boleh mengucapkan bilangannya dan harus mengucapkan "pass' (sayang videonya ga bisa ke upload hehe)
sebelum kelas dimulai

tiap anak punya tempat untuk menyimpan LKSnya dengan foto diri sebagai penanda

daripada LKS berceceran hehehe


dibuka dengan permainan
Awalnya hanya 10 guru yang mengamati kelas khusus ini, tapi lama-lama makin banyak yang datang, sampai kira-kira 50 orang (para penyusun lesson plan). Mereka semua mengamati tanpa berkomentar dan hanya mencatat, sebagian mendokumentasikan dengan foto dan video, tanpa suara. Bahkan ketika kegiatan kelompok, mereka menyebar dan mengamati anak yang sedang bekerja dalam kelompok dan membantu beberapa anak yang kurang paham dengan suara bisik-bisik.

para pengamat sedang mengamati jalannya KBM

Setelah permainan, guru melanjutkan dengan perkenalan pecahan 1/4. Siswa dibagi dalam kelompok dan dibagi sebuah pita panjang dan gunting lalu mereka ditugaskan untuk menggunting pita yang mereka terima menjadi 4 bagian yang sama panjang. Guru tidak memberitahu caranya, siswa diminta untuk mendiskusikan bagaimana cara membagi pita menjadi 4 sama panjang.



saat para siswa bekerja, pengamat mulai berkeliling mengamati siswa apakah mereka betul-betul paham atau tidak.
Setelah mereka berhasil memotong pita menjadi 4 bagian sama panjang, perwakilan tiap kelompok membawa 1 potongan pita ke depan dimana setelah itu guru akan menempelkan pita mereka di papan tulis.


dari sini, siswa melihat bahwa setiap kelompok memiliki panjang dan warna tali yang berbeda lalu guru memberi pertanyaan, apakah ini semua disebut dengan 1/4? mengapa ukurannya berbeda-beda?
Siswa berdiskusi membahas pertanyaan guru, lalu beberapa siswa menyampaikan pendapatnya. Guru belum memberikan jawaban yang pasti, hanya meminta siswa mengumpulkan sisa pita mereka.
Salah satu siswa yang menyampaikan pendapatnya

Setelah pita dikumpulkan, ditempel, dan diberi tanda batas 1/4
Setelah semua pita ditempel, terlihat bahwa pita merah memiliki ukuran yang sama yaitu 1 meter. Lalu guru mulai bertanya, apakah 1/4 bagian selalu bisa dikatakan sebagai 1/4 meter? lalu siswa kembali berdiskusi.
Beberapa siswa ke depan dan menyampaikan pendapat mereka.
pita merah dipisahkan dari pita kuning untuk melihat bahwa ukuran semua pita merah sama

Add caption


siswa diminta membuat kesimpulan di catatan mereka

Pengamat berkeliling mengamati hasil kesimpulan setiap anak

saat seorang siswa membacakan hasil kesimpulan yang ia tulis di buku tulisnya



saat mereka berdiskusi dalam kelompok

siswa maju ke depan dan menjelaskan kesimpulannya dengan menunjukkan secara langsung

setiap kesimpulan siswa di catat oleh guru di papan


Sampai pelajaran berakhir, belum semua siswa mampu menarik kesimpulan yang dimaksud oleh para penyusun lesson plan. Salah satu penyebabnya menurut sense, waktu pembukaan untuk permainan terlalu lama. Tapi ada beberapa hal lagi yang akan mereka bahas setelah ini. Saat itu sudah hampir jam 4 sore, para pengamat lalu berkumpul di suatu ruang untuk membahas lesson plan yang baru saja dipraktekkan. Kenyataan bahwa saya belum bisa bahasa Jepang membuat saya cukup sediihh karena saat diskusi ini, semua pembicaraan dalam bahasa Jepang dan sense duduk jauh sebagai pembicara utama jadi ga ada yang bisa nerjemahin, padahal pengen tau banget bagaimana solusi dari pembuatan lesson plan ini hehehe.

pertemuan para pembuat lesson plan

satu materi sederhana dibahas dengan sangat serius


semua sibuk mencatat

Prof. Du Wei sense kesayangan akuh hihihi

sampe jam 7 malam semua masih ON hihi
Walaupun belum bisa paham 100 persen semua isi percakapan dari kunjungan kali ini, banyak banget hal yang bisa aku ambil:

1. Semua materi PENTING, terbukti bahwa mereka bisa membahas 1 lesson plan selama berjam-jam dengan serius.

2. Semua guru dan praktisi pendidikan di sini PROFESIONAL, terbukti dengan rapat sampai jam 7 malam, tidak ada satupun guru yang ngobrol sendiri, mainin HP, atau bolak - balik ke kamar mandi (serasa malu ngeliatnya hihihi)

3. Baik profesor, guru besar, ataupun guru magang semua saling MENGHARGAI, sejauh pandangan saya walaupun sense saya bilang bahwa lesson plan kali ini banyak kekurangan karena tidak sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Saya tidak melihat kalau guru yang mengajarkan di kelas percontohan disalahkan atau dipojokkan, mereka mencari solusi bersama-sama.

4. Siswa sudah dipersiapkan untuk menghadapi guru atau praktisi pendidikan yang datang. Kebayang deh kalau kelas aku tiba2 kedatangan 50 tamu luar, bisa2 anak-anak akan cari perhatian dan ga akan konsen, tapi di sini sepertinya murid sudah terbiasa jadi ga ada yang teralihkan fokusnya. 

5. Supervisi di depan 50 orang yang notabene profesor, guru besar,dll. are u ready for that? hihihi kebanyakan guru disupervisi 1 kepala sekolah aja persiapannya ampun-ampun hehehe.

6.Di saat sekolah-sekolah kita kebanyakan kasih hadiah atau reward buat anak yang pintar, berani dan bisa jawab. Di sini sepanjang pelajaran ga ada satupun reward yang dikasih ke siswa, bahkan tidak tepuk tangan tapi semua siswa dengan senang hati tetap tertib dan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kenapa bisa begini? hehehe nih bikin aku penasaran dan pasti aku akan cari tahu. Sepertinya dari kecil mereka sudah dibiasakan bahwa kerja baik bukan untuk mendapat hadiah atau reward tapi sebagai bentuk tanggung jawab mereka. (so interesting for me, makes me want to know about it more)

Ga sabar untuk berkunjung ke sekolah-sekolah lainnya, pasti seru! :)





No comments:

Post a Comment